Minggu, 10 Mei 2015

SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL

LAPORAN PRAKTIK
SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL
JST/OTO/OTO318/01
LISTRIK DAN ELEKTRONIKA OTOMOTIF



 











Disusun oleh :

CHAMDAN NOR ICHWAN TS                            13504241036
DWI PRASETYO                                                    13504241040
MUHAMMAD REZKY FATHURROCHIM       13504241043
KELAS          : A3

PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
B.     ISI LAPORAN
I.       JUDUL LAPORAN
Laporan ini berjudul “SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL” yang telah dipraktikkan dan diketahui hasil analisanya.
          II.      KOMPETENSI
Sistem Pengapian Konvensional

       III.      SUB KOMPETENSI
Setelah melaksanakan praktik, mahasiswa diharapkan dapat :
1.      Memeriksa komponen sistem pengapian.
2.      Merangkai sistem pengapian.
3.      Menyetel dwell dan timing pengapian.
4.      Mengidentifikasi gejala yang timbul akibat dwell dan timing yang tidak tepat.

       IV.      ALAT DAN BAHAN
1.      Alat Utama           : - 1 set Toolbox
2.      Alat Ukur              : - 1 buah Multimeter
: - 1 buah Feeler Gauge
                                                : - 1 buah Timing Light
                                                : - 1 set Engine Tuner (Seri EA-800)
3.      Alat Bantu             : - 1 set Alat Tulis
: - 1 set Majun
4.      Bahan                    : - 1 buah Engine Stand Kijang 5 K

          V.      KESELAMATAN KERJA
1.      Berdoa sebelum melaksanakan kegiatan praktik.
2.      Menjaga kebersihan alat, bahan, tangan, dan lingkungan praktik.
3.      Hati-hati saat bekerja dengan obyek yang berhubungan dengan arus listrik dan saat menghidupkan mesin.
4.      Gunakan alat praktikum sesuai dengan fungsinya.
5.      Laksanakan praktikum sesuai dengan prosedur kerja.
6.      Tanyakan pada instruktur apabila mengalami permasalahan praktikum.
7.      Bersihkan alat dan bahan praktik, kemudian kembalikan alat dan bahan praktik ke tempat semula.
8.      Bersihkan area praktik setelah selesai melakukan kegiatan praktik.

       VI.      DASAR TEORI
            Sistem Pengapian Konvensional
Sistem pengapian konvensional adalah sistem pengapian masih menggunakan kontak pemutus (brake point/platina) untuk menghubungkan dan memutuskan arus primer ignition coil. Sistem pengapian ini dapat dikelompokkan menjadi dua jenis yaitu, sistem pengapian konvensional baterai dan sistem pengapian konvensional magnet.
 













Gambar 01. Sistem Pengapian Konvensional
Tujuan penggunaan sistem pengapian pada kendaraan adalah menyediakan percikan bunga api bertegangan tinggi pada busi untuk membakar campuran udara/bahan bakar di dalam ruang bakar engine. Adapun komponen dari sistem pengapian ini adalah:
a. Baterai
 



Gambar 02. Baterai
                                           

Kegunaan :
Sebagai penyedia atau sumber arus listrik




b. Kunci Kontak
Gambar 03. Kunci Kontak


Kegunaan pada sistem pengapian:
Menghubungkan dan memutuskan arus listrik dari baterai ke sirkuit primer.


c. Coil Ignition

Secara fisik konstruksi koil mirip dengan trafo, yang dirancang untuk pengoperasian saluran rendah. Dari sudut fungsinya, koil pengapian merupakan sumber daya nyata dari tegangan pembakaran. Ignition coil berfungsi untuk merubah arus listrrik 12 volt yang diterima dari baterai menjadi tegangan tinggi (10 Kv atau lebih) untuk menghasilkan loncatan bunga api
Gambar 04. Konstruksi Coil Ignition
Ø  Koil terdiri dari inti besi (core) yang terbuat dari baja silicon tipis, pada inti besi dikelilingi oleh kumparan yang digulung secara ketat.


Ø  Kumparan Sekunder terbuat dari kawat tembaga tipis dengan diameter penampang(Æ 0,05 – 0,1 mm) dengan jumlah lilitan 15.000 sampai 30.000 kali lilitan.
Ø  Kumparan primer Kumpran primer terbuat dari kawat tembaga yang relatif tebal (Æ 0,5 – 1,0 mm) yang dililit 150-300 kali mengelilingi kumparan sekunder.
Ø  Antara lapisan kumparan yang satu dengan yang lain dilapisi dengan kertas khusus yang mempunyai tahanan sekat  yang tinggi.
Ruangan kosong di dalam tabung diisi dengan cairan minyak yang berfungsi sebagai pendingin









Cara kerja ignition coil :
 







Gambar 05. Aliran Arus Pada Coil

Saat kontak pemutus (breaker point) dalam keadaan tertutup.
Pada saat kontak pemutus menutup arus dari baterai mengalir ke terminal positif kumparan primer - terminal negatif - kontak pemutus (breaker point) - massa.

Akibat dari proses pengaliran arus tersebut menyebabkan terbentuknya garis-garis gaya magnet pada sekeliling kumparan
Saat kontak pemutus (breaker point) dalam keadaan terbuka
Pemutusan arus yang tiba-tiba, tidak menyebabkan garis-garis gaya magnet yang telah terbentuk pada inti kumparan (kern) berkurang.








Pada kumparan primer terjadi induksi diri sendiri (self induction) dan pada kumparan sekunder terjadi induksi bersama (mutual induction), Laju perpindahan elektron induksi diri sendiri pada kumparan primer mencapai 500 Volt, sedang induksi bersama laju perpindahan elektronnya mencapai 30.000 volt sehingga mampu membentuk loncatan bunga api pada busi.
Saat kontak pemutus (breaker point) dalam keadaan menutup kembali.
Saat kontak pemutus menutup kembali, arus mengalir pada kumparan primer, menyebabkan medan magnet pada kumparan primer mulai bertambah. Karena terjadi induksi diri pada kumparan primer, maka counter laju perpindahan elektron mencegah penambahan aliran arus secara tiba-tiba dalam kumparan primer sehingga laju perpindahan elektron pada induksi bersama dapat diabaikan pada kumparan sekundernya.
 







                                    Cara kerja koil saat menutup kembali
                                                          Gambar 06. Aliran Arus Pada Coil
 









d. Distributor
        Bagian-bagian sistem pengapian yang melekat pada distributor terdiri dari:
1) Kontak Pemutus

 










Gambar 07. Konstruksi Kontak Pemutus

Fungsi:
Menguhubung dan memutuskan arus primer agar terjadi induksi tegangan tinggi pada sirkuit sekunder sistem pengapian
Bagian-bagian :
1.      Kam distributor     
2.      Kontak tetap        
3.      Kontak lepas
4.      Pegas kontak pemutus
5.      Lengan kontak pemutus
6.      Sekrup pengikat
7.      Tumit ebonit
8.      Kabel ( dari koil - )
9.      Alur penyetel

2)   Kondensor




 



Gambar 08. Kondensor

Kondesor merupakan komponen yang dapat menyimpan muatan listrik dalam waktu tertentu. Pada sistem pengapian memliki kegunaan :
Ø  Mencegah loncatan bunga api diantara celah kontak pemutus pada saat kontak mulai membuka
Ø  Mempercepat pemutusan arus primer, tegangan induksi yang timbul pada sirkuit sekunder tinggi
Pada saat kontak pemutus terbuka induksi tidak hanya terjadi pada kumparan sekunder,  tetapi terajadi juga pada kumparan primer. Besarnya tegangan induksi sekitar 400 Volt. Untuk mencegah percikan listrik pada celah kontak pemutus, maka platina diparalelkan dengan kontak pemutus untuk menyerap arus induksi. 
3)      Tutup Distributor
 






Gambar 09. Tutup Distributor
Kegunaan :
Membagi dan menyalurkan arus tegangan tinggi ke setiap busi sesuai dengan urutan pengapian Di bagian dalam distributor terpasang rotor yang berputar bersamaan dengan poros cam lobe (nok). Fungsi rotor adalah menyalurkan tegangan tinggi ke terminal kabel tegangan  pada tutup distributor sesuai dengan urutan pengapian (firing order}


e.       Kabel Tegangan Tinggi
Syarat utama kabel tegangan tinggi adalah harus mampu mengalirkan arus listrik tegangan tinggi ke busi-bus melalui distributor tanpa adanya kebocoran. Penghantar(bagian inti) dibungkus dengan isolator karet (rubber insulator) yang tebal. Kemudian dilapisi lagi dengan pembungkus  (sheath). kabel resistive terbuat dari fiberglass yang dipadu dengan karbon dan karet sintetis yang digunakan sebagai core untuk memberikan peregangan yang cukup agar dapat meredam bunyi pengapian  (ignition noise) pada radio.
f.  Busi
Busi berfungsi menghasilkan bunga api di antara lektroda tengah dan massa. Busi beroperasi pada temperature tinggi dimana pada saat pembakaran mencapai 2.000 oC pada tekanan 45 Atm.  Konstruksi dapat dilihat pada gambar di bawah ini
                                                              Gambar 10. Konstruksi Busi
 

















Sistem pengapian sangat penting pada motor bensin untuk menjamin campuran udara dan bahan bakar dalam ruang bakar dapat terbakar untuk menghasilkan tenaga. Sistem pengapian yang bekerja baik adalah salah satu penentu efisiensi kerja dari motor bensin, maka perawatan dan pemeriksaan teratur pada sistem pengapian sangatlah dibutuhkan.
Proses pembakaran dimulai dengan letikan bunga api pada busi yang dihasilkan oleh sistem pengapian. Tujuan sistem pengapian sebagai pemicu pembakaran pada motor bensin melalui letikan bunga api pada busi memiliki dua persyaratan utama yaitu kualitas api pada busi dan waktu pengapian (timing ignition). Dari kualitas, tegangan pada busi harus tinggi untuk dapat meloncatkan listrik pada elektrodenya sehingga menimbulkan bunga api. Besarnya tegangan pada busi adalah berkisar pada 10kV – 30kV. Tegangan ini diperhitungkan cukup untuk melawan resistansi tambahan akibat proses kompresi pada mesin.
Sementara itu ketepatan waktu pengapian dibutuhkan agar waktu yang diperlukan untuk membakar campuran bahan bakar dan cukup sehingga semua campuran dapat terbakar dengan baik. Hal yang paling penting adalah dari proses pembakaran akan dapat menghasilkan tekanan maksimal di dalam silinder tercapai pada titik yang ditetapkan yaitu berkisar antara 100 – 200 setelah TMA bergantung pada desain dan konstruksi mesin (misal : besarnya offset mesin). Titik terjadinya tekanan maksimum ini harus selalu dipertahankan agar tenaga dorong pada torak yang dihasilkan oleh proses pembakaran dapat dimanfaatkan secara maksimal menjadi tenaga.
Menyetel Dwell dan Timing Pengapian
1. Menyalakan mesin. Memasang dwell tester. Spesifikasi sudut dwell adalah 52°±2°. Bila hasil pemeriksaan sudut dwell tidak tepat, maka sudut dwell disetel dengan cara memparbesar celah platina bila sudut dwell terlalu besar atau mempersempit celah platina bila nilai sudut dwell terlalu kecil.
2. Bila nilai sudut dwell sudah baik, maka berikutnya ialah menyetel ignition timing. Memeriksa ignition timing dengan timing light yang diarahkan pada puli poros engkol atau fly wheel pada jenis kendaraan tertentu. Apabila timing ignition tidak tepat, maka dapat disetel dengan cara mengendorkan baut pengikat distributor kemudian menggerakkan body distributor ke kanan atau ke kiri hingga didapatkan ignition timing sesuai spesifikasi.
Mengidentifikasi Gejala Yang Timbul Akibat Dwell dan Timing Yang Tidak Tepat.
Besar sudut Dwell dan kemampuan pengapian
Kemampuan pengapian ditentukan oleh kuat arus primer.
Untuk mencapai arus primer maksimum, diperlukan waktu pemutusan kontak pemutus yang cukup.
a.       Sudut dwell kecil
Waktu penutupan kontak pemutus pendek
* Arus primer tidak mencapai maksimum
* Kemampuan pengapian kurang
b.      Sudut dwell besar
Kemampuan pengapian baik, tetapi waktu mengalir arus terlalu lama
* kontak pemutus menjadi panas
* konntak pemutus  cepat aus.
Sedangkan apabila ignition timing yang tidak bekerja baik, misal pengapian terlalu maju ataupun terlalu mundur maka akan terjadi knocking engine yang mengakibatkan kerusakan pada piston ataupun timbul ledakan pada karburator maupun knalpot. Selain itu mesin akan sulit start.
Dapat disimpulkan bahwa baik ignition timing ataupun sudut dwell yang tidak tepat akan mengakibatkan motor bensin tidak akan bekerja dengan baik, bahkan cenderung akan merusak komponen-komponen motor mesin itu sendiri.

    VII.      LANGKAH KERJA
Pembongkaran
1.      Mengamati rangkaian sistem pengapian kemudian melepas distributor dari engine.
2.      Membuka tutup distributor, memutar poros distributor, dan mengamati kerja platina.






Gambar 11. Melepas Distributor               Gambar 12. Mengamati Kerja Platina

3.      Membuka tutup oktan selektor, menahan poros distributor kemudian memutar pengatur oktan ke kiri dan ke kanan. Mengamati efek dari pergerakan breaker plate platina.
4.      Melepas vacuum advancer, platina, dan breaker plate.
5.      Menahan poros distributor bagian bawah, menggerakan bobot sentrifugal advancer dengan obeng (-), dan mengamati efeknya terhadap gerakan cam (nok).
6.      Melepaskan sentrifugal advancer dan melepas poros distributor.






Gambar 13. Melepas Breaker Plate     Gambar 14. Melepas Sentrifugal Advancer

Pemeriksaan dan Perakitan Komponen
1.      Membersihkan komponen, memeriksa kelainan, keausan secara visual dan kekocakan.
2.      Memeriksa pegas sentrifugal advancer.
3.      Memasang sentrifugal advancer (memberikan pada poros), memeriksa celah samping (std. 0,15 – 0,50 mm).
4.      Memeriksa cam, memeriksa kelonggaran terhadap poros.
5.      Memeriksa vacuum advancer, diafragma (dengan cara menghisap), kondisi keausan pada platika dan posisi kontaknya.
 







Gambar 15. Memeriksa Vacuum Advancer

6.      Memasang breaker plate, vacuum advancer dan platina.
7.      Memastikan tanda oktan selector telah segaris, lalu setel celah platina (0,40 – 0,50 mm)
8.      Memeriksa tutup distributor dan memberishkan karbon, karat pada terminal-terminalnya kemudian memasang rotor dan tutup distributor.
9.      Memeriksa kondensor dengan multimeter.






10.  Memeriksa tahanan kabel tegangan tinggi dengan multimeter.
 







Gambar 16. Memeriksa Kondensor (Kiri) dan Tahanan Kabel Tegangan Tinggi (Kanan) dengan Multimeter

11.  Mengidentifikasi merk, jenis busi, dan menyetel  celah busi.
Merangkai dan Menyetel
2.      Membuat skema dan merangkai sistem pengapian.
3.      Menghidupkan mesin (± 5 menit), stel dwell angle timing pengapian.
a.       Memasang tune-up tester, arahkan selector ke dwell, memasang penjepit merah pada positif baterai, hitam ke negatif, hijau ke negatif koil, lalu melihat angka penunjukkan dwell angle (spec : 52o ± 2o ). Ketika penyetelan tidak tepat, melakukan penyetelan ulang dengan melepas tutup distributor, mengendorkan (sedikit) baut pengikat platina lalu men-start engine sambil mengubah besarnya gap (bila dwell terlalu besar, gap diperlebar atau sebaliknya), hingga didapat nilai dwell angle yang sesuai.
Catatan : Jangan terlalu lama menstater. Waktu start maksimal 5 detik.
b.      Menyetel putaran mesin pada putaran idle (spec : 700 ± 50 rpm).
c.       Memeriksa timing ignition dengan menggunakan timing light (spec : 8o sebelum TMA pada putaran idle). Saat belum sesuai, menempatkan tanda timing dengan memutar rumah distributor berlawanan putaran rotor (untuk memajukan atau sebaliknya).
 







Gambar 17. Mengukur Sudut Dwell  Gambar 18. Memeriksa Timing Pengapian

4.      Melakukan penyetelan dwell angle diluar spesifikasi (missal : 43o , 48o , 57o , dan 60o ), lalu mengindetifikasi gejala yang timbul pada posisi start, putaran idle, menengah dan putaran tinggi.
5.      Mengarahkan timing light pada tanda timing di pulley, mempercepat putaran  mesin, dan mencatat selisih penunjukkan timing.
6.      Melepas vacuum advancer, mem mempercepat putaran  mesin, dan mencatat selisih penunjukkan timing.
7.      Melakukan penyetelan timing diluar spesifikasi, lalu mengidentifikasi gejala yang timbul pada posisi start, putaran idle, menengah, dan putaran tinggi.
7.      Setelah selesai kegiatan praktikum, mematikan mesin, membersihkan alat dan bahan praktik.
8.      Mengembalikan alat dan bahan praktikum pada tempatnya dan membersihkan tempat praktikum.

 VIII.      ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
1.      Rangkaian Sistem Pengapian
a.       Pada Saat Kunci Kontak “ON”, Platina Menutup
Aliran arusnya adalah sebagai berikut:
Baterai —-> Kunci kontak —-> Primer koil —-> Platina —-> Massa. Akibat aliran listrik pada primer koil, maka inti koil menjadi magnet.
 













Gambar 19. Aliran Arus Listrik Ketika Kunci Kontak “ON”, Platina Menutup

b.      Pada Saat Platina Membuka
Saat platina membuka, arus listrik melalui primer koil terputus, terjadi induksi tegangan tinggi pada sekunder koil, sehingga arus akan mengalir seperti dibawah ini :
Sekunder koil —-> Kabel tegangan tinggi —-> Tutup distributor —-> Rotor —-> Kabel tegangan tinggi (kabel busi) —-> Busi —-> Massa. Akibat aliran listrik tegangan tinggi dari sekunder koil, mampu meloncati tahanan udara antara elektroda tengah dengan elektroda massa pada busi dan menimbulkan percikan bunga api.
Gambar 20. Aliran Arus Listrik Ketika Platina Membuka

2.      Identifikasi Kerja Distributor
No
Gerakan breaker plate dan nok
Breaker plate
Platina
1
Poros diputar satu putaran
Tidak bergerak
Bergerak membuka dan menutup sebanyak 4 kali
2
Oktan selector diputar ke kanan
Berputar ke kiri
Bergerak menjauhi tonjolan cam
Oktan selector diputar ke kiri
Berputar ke kanan
Bergerak menjauhi tonjolan cam
Oktan slektor ditekan
Tidak bergerak
Tidak bergerak
3
Bobot sentrifugal advancer digerakkan. Gerakan cam : mengikuti gerakan bobot sentrifugal
  
3.      Data Pemeriksaan
No
Nama Bagian
Hasil
Spesifikasi
1
Keausan sudut cam
Baik
Tidak aus
2
Celah samping sentrifugal
0,4 mm
0,15 – 0,50 mm
3
Kelonggaran cam terhadap poros
Baik
Tidak longgar
4
Vacuum advancer
Baik
Tidak bocor
5
Kondisi titik kontak platina
Baik
Bersih dan tidak miring
6
Terminal tutup distributor
Baik
Bersih dan tidak retak
7
Kondensator :
·         Kapasitas
·         Kondisi

0,24 µf
Baik

0,22-0,24 µf
Tidak bocor
8
Kabel tegangan tinggi
·         Silinder 1 dan silinder 2
·         Silinder 3 dan silinder 4
·         Koil
·         Kondisi fisik

10 KΩ dan 10 KΩ
9 KΩ dan 10 KΩ
10 KΩ
Baik


       5 – 10 KΩ

Tidak lecet
9
Kondisi ignitioin koil
·         Kumparan primer
·         Kumparan sekunder
·         Kondisi fisik
·         Terminal teganggan tinggi

2,5 Ω
10 KΩ
Baik
Baik

1 – 3 Ω
5 – 10 KΩ
Tidak retak
Tidak pecah
10
Kondisi busi
·         Silinder 1
·         Silinder 2
·         Silinder 3
·         Silinder 4

Merk: NGK. Gap: 0,8 mm
Merk: NGK. Gap: 0,7 mm
Merk: NGK. Gap: 0,9 mm
Merk: NGK. Gap: 0,8 mm
0,7 - 1,0 mm
  
4.      Pengaruh Penyetelan Sudut Dwell
No
Sudut dwell
Start
Akselerasi
Putaran rendah
Putaran Sedang
Putaran Tinggi
1
43º
Mudah
Baik
Baik
Baik
Baik
2
48º
Mudah
Baik
Baik
Baik
Baik
3
52º
Mudah
Baik
Baik
Baik
Baik
4
53º
Agak susah
Agak mbrebet
Agak pinjang
Baik
Baik
5
60º
Susah distart
Mbrebet
Tidak mau stationer
Baik
Baik

* Perubahan / pengecekan diatas tidak begitu dapat diamati dengan jelas.
Penjelasan : Jika sudut dwell terlalu kecil maka artinya celah platina terlalu besar. Hal ini berpengaruh terhadap waktu lamanya arus primer yang mengalir. Jika arus primer mengalir terlalu sebentar, maka kualitas listrik yang dihasilkan menjadi kurang sempurna atau bisa dikatakan bahwa tegangan listrik yang dihasilkan oleh induksi elektromagnetik koil kurang besar. Jika sudut dwell terlalu besar maka artinya celak platina terlalu sempit. Hal ini berpengaruh terhadap waktu lamanya arus primer yang mengalir. Jika arus primer mengalir terlalu lama maka akan menyebabkan koil terlalu panas dan akan memperpendek umur penggunaan koil.
  
5.      Pengaruh Pengajuan Waktu Pengapian
No
Sudut Timming
Start
Akselerasi
Putaran Rendah
Putaran Sedang
Putaran Tinggi
1
5 º setelah TMA
Mudah
Jelek, mesin pincang
baik
baik
Baik
2
0 º (saat top/ TMA)
Mudah
Baik
Baik
Baik
Baik
3
5 º sebelum TMA
Mudah
Baik
Baik
Baik
Baik
4
10 º sebelum TMA
Mudah
Baik
Baik
Baik
Baik
5
15 º sebelum TMA
Agak susah
Jelek, mesin mau mati
mbrebet
baik
Jelek, mesin meledak-ledak

* Perubahan / pengecekan diatas tidak begitu dapat diamati dengan jelas.
Penjelasan : Jika timing pengapian terlalu maju, maka artinya proses pembakaran campuran bahan bakar dan udara di dalam ruang bakar terlalu maju sebelum saatnya atau dapat dikatakan bahwa tekanan akhir pembakaran jatuh pada saat piston belum mencapai TMA. Hal ini tentu akan menyebabkan detonasi dan tenaga mesin menjadi berkurang. Jika timming pengapian terlalu mundur/ terjadi setelah TMA, maka artinya prpses pembakaran campuran bahan bakar dan udara terjadi setelah saatnya atau dapat dikatan bahwa tekanan akhir pembakaran jatuh pada saat piston sudah agak jauh meninggalkan TMA sehingga tekanan pembakaran menjadi kurang maksimal dan hal ini menyebabkan performa mesin menjadi berkurang.
  
       IX.      PERTANYAAN DAN TUGAS
a.       Jelaskan dengan singkat mengapa penyetelan dwell dilakukan terlebih dahulu daripada timming pengapian!
b.      Uraikan gerakan breaker plate dan nok saat terjadi pemajuan saat pengapian!
c.       Jelaskan bagaimana prosedur pemasangan distributor pada engine 5K bila dilakukan pada saat TOP silinder 4!
Jawaban :
a.       Penyetelan dwell dilakukan terlebih dahulu daripada timming pengapian dikarenakan jika penyetelan dwell dilakukan setelah penyetelan timming pengapian, maka hal itu akan percuma karena saat penyetelan timming pengapian dilakukan maka dwell akan berubah.
b.      Gerakan breaker plate dan nok saat terjadi pemajuan saat pengapian adalah breaker plate bergerak berputar berlawanan arah dengan putaran nok. Karena breaker plate adalah tempat menempelnya platina, maka tonjolan tumit ebonit juga bergerak mendekati tonjolan poros nok distributor, akibatnya jarak bertemunya tumit ebonit dengan tonjolan nok distributor menjadi semakin cepat. Oleh karena itulah platina membuka juga semakin cepat dari sebelumnya sehingga terjadi pemajuan saat pengapian.
c.       Prosedur pemasangan distributor pada engine 5K
1.      Pertama, tepatkan silinder 4 pada posisi akhir langkah kompresi (TOP 4) dengan cara memutar pulley dengan kunci 19 searah dengan putaran mesin. Akan tetapi jangan dipaskan pada posisi 0º tetapi pada posisi 10º sebelum TMA. Hal ini dilakuakan untuk penyetelan saat pengapian.
2.      Selanjutnya, dengan menggunakan obeng minus tepatkan posisi poros pompa oli yang berhubungan dengan distributor pada posisi tegak lurus dengan arah silinder mesin.
3.      Tepatkan arah rotor distributor kearah posisi silinder 4 (lihat tutup distributor). Karena tipe gigi yang digunakan adalah gigi tipe miring, maka putar lagi poros distributor kearah berlawanan dengan arah jarum jam dari posisi silinder 4 di tutup distributor tadi.
4.      Pasang distributor ke mesin sampai benar-benar masuk dengan pas dan posisi rotor mengarah tepat pada posisi silinder 4 di tutup distributor. Jangan lupa memasang kabel minus koil pada distributor.
5.      Pasang rotor dan tutup distributor. Pasang juga kabel busi pada masing-masing silinder sesuai dengan FOnya yaitu 1-3-4-2.
6.      Putar kunci kontak pada posisi ON, kemudian arahkan kabel tegangan tinggi dari koil ke massa sembari memutar distributor berlawanan arah dengan jarum jam (memutarnya tidak boleh melebihi dari jagkauan baut distributor) sampai terjadi loncatan bunga api pada kabel tegangan tinggi dari koil, kemudian pasang baut distributor dan kencangkan.
7.      Pasang kembali kabel tegangan tinggi dari koil ke distributor.
8.      Pemasangan distributor telah selesai, mesin siap untuk dihidupkan.

          X.      KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data hasil praktik dan pembahasan diperoleh kesimpulan, pada pengujian pengaruh penyetelan sudut dwell didapatkan hasil:  jika sudut dwell terlalu kecil maka artinya celah platina terlalu besar sehingga tegangan listrik yang dihasilkan oleh induksi elektromagnetik koil kurang besar. Jika sudut dwell terlalu besar maka artinya celak platina terlalu sempit sehingga akan menyebabkan koil terlalu panas dan akan memperpendek umur penggunaan koil. Pada pengujian pengaruh pemajuan waktu pengapian didapatkan hasil: jika timing pengapian terlalu maju, akan menyebabkan detonasi dan tenaga mesin menjadi berkurang. Jika timming pengapian terlalu mundur/ terjadi setelah TMA, maka tekanan pembakaran menjadi kurang maksimal dan hal ini menyebabkan performa mesin menjadi berkurang. Secara keseluruhan komponen sistem pengapian konvensional dalam kondisi baik dan masih sesuai dengan spesifikasi sehingga tindak lanjutnya adalah masih dapat dipergunakan kembali.

       XI.      SARAN
Kepada mahasiswa disarankan untuk selalu memperhatikan posisi kunci kontak pada praktik ini karena jika tidak diperhatikan maka akan terjadi kecelakaan kerja yaitu tersetrum ketika memegang kabel tegangan tinggi coil ketika kunci kontak masih dalam kondisi “ON”.

C.    BAGIAN AKHIR LAPORAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. https://qtussama.wordpress.com/materi-kelas-xi-kendaraan-ringan/sistem-pengapian/. Dalam artikel yang berjudul “Sistem Pengapian” yang diakses pada hari Rabu, 18 Februari 2015 pukul 22.32 WIB.

1 komentar:

  1. Pinout | Stainless Steel Wheel - Tuting Board | TITNIA
    Spin the wheel and you'll have a titanium bmx frame stunning, titanium granite countertops diamond-shaped titanium curling iron wheel that can swing titanium plumbing and spin titanium white rocket league the wheel, ensuring your victory.

    BalasHapus