LAPORAN PRAKTIK
SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK
JST/OTO/OTO318/02
LISTRIK DAN ELEKTRONIKA OTOMOTIF
Disusun oleh :
CHAMDAN NOR
ICHWAN TS 13504241036
DWI PRASETYO 13504241040
MUHAMMAD REZKY FATHURROCHIM 13504241043
KELAS : A3
PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2015
B.
ISI LAPORAN
I.
JUDUL LAPORAN
Laporan
ini berjudul “SISTEM PENGAPIAN ELEKTRONIK” yang telah dipraktikkan dan diketahui hasil analisanya.
II.
KOMPETENSI
Sistem Pengapian Elektronik
III.
SUB
KOMPETENSI
Setelah
melaksanakan praktik, mahasiswa diharapkan dapat :
1.
Memasang sistem pengapian elektronik sebagai pengganti
pengapian konvensional.
2.
Memeriksa komponen sistem pengapian elektronik.
3.
Mengidentifikasi keuntungan penggunaan sistem pengapian
elektronik.
IV.
ALAT DAN BAHAN
1.
Alat Utama :
- 1 set Toolbox
2.
Alat Ukur :
- 1 buah Multimeter
: - 1 buah Feeler Gauge
:
- 1 buah Timing Light
:
- 1 set Engine Tuner (Seri EA-800)
3.
Alat Bantu :
- 1 set Alat Tulis
: - 1 set Majun
4.
Bahan :
- 1 buah Engine Stand Kijang 5 K
V.
KESELAMATAN
KERJA
1. Berdoa sebelum melaksanakan kegiatan
praktik.
2. Menjaga kebersihan alat, bahan, tangan,
dan lingkungan praktik.
3. Hati-hati saat bekerja dengan obyek yang berhubungan
dengan arus listrik dan saat menghidupkan mesin.
4. Gunakan alat praktikum sesuai dengan
fungsinya.
5. Laksanakan praktikum sesuai dengan
prosedur kerja.
6. Tanyakan pada instruktur apabila mengalami
permasalahan praktikum.
7. Bersihkan alat dan bahan praktik, kemudian
kembalikan alat dan bahan praktik ke tempat semula.
8. Bersihkan area praktik setelah selesai
melakukan kegiatan praktik.
VI.
DASAR TEORI
Perbandingan
Rangkaian Pengapian
Perbedaan utama
antara pengapian elektronik dengan yang menggunakan kontak poin adalah pada bagian
rangkaian primer. Kontak poin digantikan oleh pembangkit sinyal elektronik dan
sebuah unit pengendali pengapian elektronik. Pembangkit sinyal digunakan untuk
memberikan impuls listrik untuk memberikan sinyal saat pengapian pada unti
pengendali pengapian elektronik. Unit pengendali akan mensaklarkan rangkaian
primer pengapian sebagai sinyal oleh pembangkit sinyal.
Gambar 01. Perbandingan Rangkaian
- Tidak
menggunakan kontak poin.
- Tidak
memerlukan perawatan kontak poin.
- Sudut
Dwell ditetapkan oleh unit pengapian.
- Saat
pengapian lebih tepat.
Sistem
pengapian elektronik memanfaatkan
transistor untuk memutus dan mengalirkan arus primer koil. Jika pada sistem
pengapian konvensional pemutusan arus primer koil dilakukan secara mekanis
dengan membuka dan menutup kontak pemutus, maka pada sistem pengapian
elektronik pemutusan arus primer koil dilakukan secara elektronis melalui suatu
power transistor yang difungsikan sebagai saklar (switching transistor).
Pada sistem pengapian
transistor signal generator dipasang di dalam distributor untuk menggantikan
breaker point (platina) dan cam. Signal generator membangkitkan tegangan untuk
mengaktifkan transistor pada igniter untuk memutus arus primer pada ignition
coil.
Signal Generator
Signal generator berfungsi
untuk menghidupkan power transistor di dalam igniter untuk memutuskan arus
primer ignition coil pada saat pengapian yang tepat.
Pembangkit pulsa sistem pengapian elektronik
Ada beberapa cara untuk menghasilkan pulsa
sinyal pada distributor.
a) Pembangkit
pulsa.
b) Pembangkit
efek Hall.
c) Sensor
optik.
Dalam
laporan ini akan dibahas pemnangkit pulsa sistem pengapian elektronik dengan
sensor penghimpun magnet (magnetic pick-up sensor).
Sensor Penghimpun Magnet (Pembangkit
Pulsa)
Konstruksi
Signal generator terdiri dari
magnet permanen yang memberi magnet kepada pick up coil, pick up coil kemudian
membangkitkan arus bolak-balik (AC) dan signal rotor yang menginduksi tegangan
AC di dalam pick up coil sesuai dengan saat pengapian. Signal rotor mempunyai
gigi-gigi sebanyak jumlah silinder.
Gambar 03. Konstruksi Pembangkit
Pulsa
Cara kerja
Ketika benda logam
mengganggu keseimbangan medan magnet, tegangan listrik terbentuk pada lilitan
kawat. Tegangan ini dibangkitkan pada lilitan kawat. Sinyal tegangan ini diperkuat
oleh mikrokomputer.
Gambar 04.
Konstruksi Sensor Posisi Poros Engkol
Sensor posisi
poros engkol (CP, Crankshaft position) adalah salah satu contoh dari penghimpun
magnet. Sensor CP mempunyai perangkat penghimpun magnet. Sensor CP
biasanya di tempatkan pada blok engine. Cincin pulsa poros engkol ditempatkan
pada poros engkol. Tonjolan logam ditempatkan di bagian pinggiran cincin pulsa
Saat cincin pulsa
berputar, tonjolan sejajar dengan ujung sensor posisi poros engkol.
Tonjolan logam tersebut memotong medan magnet. Gangguan terhadap medan magnet
membangkitkan tegangan sinyal tegangan pada lilitan kawat. Sinyal tegangan ini
diperkuat oleh ECU. Penghimpun magnet yang digunakan pada sistem pengendali elektronik
mencakup:
- Sensor
posisi poros engkol.
- Sensor
kecepatan kendaraan.
- Penghimpun
saat pengapian.
Tegangan yang
dihasilkan pembangkit pulsa adalah arus bolak-balik (AC). Saat kecepatan
meningkat, tegangan dan frekwensinya juga meningkat. CPU memantau frekwensi
sinyal untuk menghitung kecepatanporos dan posisinya.
Gambar 05. Bentuk Gelombang Pembangkit Pulsa
Perubahan terjadi
dalam perencanaan pembangkit pulsa, tetapi semuanya menggunakan dasar kerja
yang sama.
Gambar 06.
Perubahan Rancangan Pembangkit Pulsa
Prinsip Pembangkitan EMF
Garis gaya magnet (magnetic
flux) dari magnet permanen mengalir dari signal rotor melalui pick up coil.
Celah udara antara rotor dengan pick up coil yang berubah-ubah akan menyebabkan
kepadatan garis gaya magnet pada pick up coil berubah. Perubahan kepadatan
garis gaya (flux density) ini membangkitkan EMF (tegangan) dalam pick up coil.
Gambar
07. Diagram Pembangkitan EMF
Igniter
Igniter terdiri dari sebuah
detektor yang mendeteksi EMF yang dibangkitkan oleh signal generator. Signal
amplifier dan power transistor, yang melakukan pemutusan arus primer ignition
coil pada saat yang tepat sesuai dengan signal yang diperkuat.
Pengaturan dwell angle untuk
mengoreksi primary signal sesuai dengan bertambahnya putaran mesin disatukan di
dalam igniter. Sirkuit pembatas arus (current limiting
circuit) untuk mengatur arus primer maksimum.
Gambar 08. Rotor Position To Pick-Up Coil
VII.
LANGKAH KERJA
1.
Memeriksa oli pelumas, air
pendingin, kabel baterai dari kekendoran dan memastikan baterai dalam keadaan
baik.
Gambar 09. Memeriksa Air Radiator
2.
Menghidupkan mesin hingga mencapai temperature kerja.\
Gambar 10. Menghidupkan Mesin
3.
Mengambil data yang meliputi: putaran mesin, tegangan baterai, tegangan
primer koil, sudut dwell dan timing pengapian (saat vacuum dilepas dan kondisi
terpasang).
Gambar 11. Pengambilan Data pada Engine Tuner
4.
Membandingkan data dengan spesifikasi engine yang ada. Jika tidak sesuai,
lakukan perbaikan yang diperlukan. Melakukan kembali pengukuran pada langkah 3
hingga diperoleh data sesuai spesifikasi, lalu mematikan mesin.
5.
Melepas kabel negatif
baterai, kemudian melepaskan platina dari breaker plate.
Gambar 12.
Platina yang Telah Terlepas dari Breaker Plate
6.
Memasang pick up coil pada breaker plate dan reluctor pada poros
distributor. Menyetel gap antara reluctor dan breaker plate ± 0,4 mm.
Gambar 13. Pick Up Coil dan Reluctor yang Telah
Terpasang
Gambar 14. Menyetel Gap Antara Reluctor dan Breaker Plate
7.
Mengukur tahanan pick up coil dengan menggunakan multimeter.
8.
Memasang modul pengapian pada coil.
Gambar 15. Memasang Modul Pengapian pada Coil
9.
Memeriksa kembali rangkaian yang telah dipasang, kemudian menghidupkan
mesin.
10. Mengambil data seperti pada
langkah nomor 3, meliputi: putaran mesin, tegangan baterai, tegangan pick up
coil, sudut dwell dan timming pengapian (saat vacuum dilepas dan kondisi
terpasang).
11.
Membandingkan data yang diperoleh dengan data sebelumnya seperti pada
langkah nomor 3, kemudian mendiskusikan hasilnya dengan anggota kelompok.
12.
Setelah selesai, melepas
semua komponen sistem pengapian elektronik dan pasang kembali sistem pengapian
konvensional. Memastikan mesin dapat bekerja dengan baik.
Gambar 16.
Melepas Komponen Sistem Pengapian Elektronik
13.
Setelah selesai kegiatan praktikum, mematikan mesin, membersih-kan alat
dan bahan praktik.
14.
Mengembalikan alat dan bahan praktikum pada tempatnya dan membersihkan
tempat praktikum.
VIII.
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
1.
Rangkaian
Sistem Pengapian Elektronik
Gambar 17. Rangkaian Sistem Pengapian Elektronik
a. Mesin mati
Gambar
18. Saat Mesin Mati
Pada saat kunci kontak ON maka
arus mengalir dari battery Ü R1 Ü R2 Ü massa. Saat ini transistor mendapat
tegangan sangat kecil sehingga tidak mampu meng “ON”kan transistor, yang
menyebabkab kumparan primer tidak dialiri arus.
b. Mesin hidup (tegangan positif dihasilkan pada pick
up coil)
Gambar 19. Saat Mesin Hidup (Tegangan Positif)
Bila mesin dihidupkan, maka
signal rotor pada distributor akan berputar, menghasilkan tegangan AC dalam
pick up coil. Bila tegangan yang dihasilkan adalah positif, tegangan ini
ditambahkan dengan tegangan dari battery, untuk menaikkan tegangan pada titik Q
di atas tegangan kerja transistor, dan transistor ON. Akibatnya arus primer
ignition coil mengalir ke transistor dari collector ke emitter.
c. Mesin
hidup (tegangan negatif dihasilkan pada pick up coil)
Gambar 20. Saat Mesin Hidup (Tegangan Negatif)
Bila tegangan yang dihasilkan
dalam pick up coil adalah negatif, tegangan ini akan mengurangi tegangan
battery pada titik P sehingga tegangan pada titik Q turun di bawah tegangan
kerja transistor dan transistor OFF. Akibatnya arus primer terputus dan terjadi
induksi tegangan tinggi pada kumparan sekunder
2.
Pemeriksaan
Kerja Sistem Pengapain Konvensional
Putaran
Mesin
|
Tegangan
Baterai
|
Tegangan
Primer Coil
|
Sudut Dwell
|
Timming
Pengapian
|
|
Vacuum dilepas
|
Vacuum Terpasang
|
||||
Putaran
idle
±750 rpm
|
8,5 V
|
7 V
|
52 º
|
> 0 º setelah TMA
|
8 º sebelum TMA
|
Putaran menengah
± 2000 rpm
|
11 V
|
6 V
|
54 º
|
> 0 º setelah TMA
|
20 º sebelum TMA
|
Putaran
Tinggi
± 3500 rpm
|
11,5 V
|
5 V
|
56 º
|
> 0 º setelah TMA
|
> 20º sebelum TMA
|
Keterangan : pada
system pengapian konvensional, ketika rpm mesin tinggi maka timming pengapian
diajukan secara mekanik oleh governor advance dan juga sentrifugal advance.
Karena masih secara mekanik, maka besarnya pengajuan saat pengapian terlalu
besar. Serta pada pengapian konvensional memerlukan tegangan primer koil yang
besar pula, hal ini menyebabkan tegangan pada baterai menjadi berkurang.
3.
Pemeriksaan
Kerja Sistem Pengapian Elektronik
Putaran
Mesin
|
Tegangan
Baterai
|
Tegangan
Primer Coil
|
Sudut Dwell
|
Timming
Pengapian
|
|
Vacuum dilepas
|
Vacuum Terpasang
|
||||
Putaran
idle
±750 rpm
|
13 V
|
0,75 V
|
14 º
|
> 0 º setelah TMA
|
10 º sebelum TMA
|
Putaran
menengah
± 2000 rpm
|
13, 5 V
|
1,6 V
|
22 º
|
> 0 º setelah TMA
|
15 º sebelum TMA
|
Putaran
Tinggi
± 3500 rpm
|
15 V
|
1,8 V
|
30 º
|
> 0 º setelah TMA
|
20º sebelum TMA
|
Keterangan : pada
pengapian elektronik, pada rpm mesin tinggi timming pengapian selain diajukan
secara mekanik juga dikontrol secara elektronik oleh modul pengapian, akibatnya
saat rpm mesin tinggi timming pengapian masih tepat. Pada pengapian elektronik
juga hanya membutuhkan tegangan yang kecil di primer koil, akibatnya baterai
tidak terlalu terbebani dan tegangan batterai tidak terlalu berkurang banyak.
Penjelasan : dari
kedua tabel diatas terlihat perbedaaan mencolok salah satunya pada sudut dwell.
Jika pada sistem pengapian konvensional sudut dwell berkisar 52-56 derajat
sedangkan pada sistem pengapian elektronik sudut dwell berkisar 14-30 derajat.
Hal ini disebabkan karena pada sistem pengapian konvensional membutuhkan waktu
yang lama untuk mencapai arus besar dimana untuk menghasilkan medan magnet di
inti koil, maka sudut dwellnya besar. Sedangkan pada sistem pengapian elektrik
hanya membutuhkan waktu yang singkat untuk mencapai arus besar dimana untuk
menghasilkan medan magnet di inti koil, maka sudut dwellnya kecil.
IX.
PERTANYAAN
DAN TUGAS
a.
Buatlah uraian
secara singkat perbandingan antara system pengapian konvensional dan system
pengapian elektronik!
b. Jelaskan minimal 2 keuntungan dan kerugian system
pengapian elektronik!
Jawaban :
a.
System pengapian
konvensional berbeda dengan system pengapian elektronik. Perbedaan utama antara
system pengapian konvensional dan system pengapian elektronik adalah pada
rangkaian primernya. Pada system pengapian konvensional menggunakan kontak
point (platina) untuk memutus dan menghubungkan arus primer koil yang berfungsi
sebagai sensor timming pengapian yang tepat. Sedangkan pada pengapian
elektronik peran platina telah digantikan oleh pembangkit sinyal elektronik dan
unit pengendali pengapian elektronik. Dalam system pengapian yang dipakai untuk
praktik disebut pick up sensor dan modul pengapian. Pembangkit sinyal digunakan
untuk memberikan sinyal saat pengapian pada modul pengendali pengapian
elektronik. Modul pengapian akan mensaklarkan rangkaian primer pengapian
sebagai sinyal oleh pembangkit sinyal.
b.
Keuntungan dan
kerugian system pengapian elektronik.
Keuntungan
:
·
Tidak
menggunakan kontak point. Dalam system pengapian elektronik, fungsi platina
digantikan oleh pick up sensor, hal ini tentu akan sangat menguntungkan karena
bebas perawatan dan tidak memerlukan penyetelan celah platina karena hanya
perlu menyetel celah antara reluctor dan breaker plate yaitu sebesar ± 0,4 mm.
·
Sudut dwell
ditetapkan oleh unit pengapian. Jika pada pengapian konvensional sudut dwell
diatur oleh celah platina, namun pada system pengapian elektronik tidak. Hal
ini tentu akan menghilangkan efek platina mengambang saat mesin berputar pada
rpm yang tinggi seingga sudut dwell selalu tepat.
·
Percikan bunga
api lebih besar dan lebih lama. Hal ini sangat berguna untuk memberikan
performance pada kendaraan agar optimal dan juga mengendalikan emisi gas buang
karena campuran bahan bakar dan udara terbakar dengan sempurna.
·
Kerja system
pengapian elektronik lebih stabil karena tidak terjadi keausan komponen.
·
Timming
pengapian lebih tepat karena timming dikontrol secara elektronik dan secara
mekanik, bukan seperti pada pengapian konvensional yang hanya menggunakan
control mekanik saja.
Kerugian :
·
Harga komponen
yang relative lebih mahal jika dibandingkan dengan harga komponen pada system
pengapian konvensional.
·
Pengaturan saat
pengapian masih secara konvensional yaitu masih menggunakan sentrifugal
advancer dan governor advancer.
X.
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis data hasil praktik dan
pembahasan diperoleh kesimpulan, pada pemeriksaan sistem pengapian konvensional didapatkan
hasil: semakin tinggi kecepatan putaran engine, maka tegangan baterai semakin
tinggi, tegangan primer koil semakin rendah, dan sudut dwell relatif stabil
(kenaikan kecil). Pada pemeriksaan sistem pengapian elektrik didapatkan
hasil: semakin
tinggi kecepatan putaran engine, maka tegangan baterai semakin tinggi, tegangan
primer koil semakin tinggi, dan sudut dwell semakin tinggi pula. Keuntungan
dari sistem pengapian elektronik adalah tidak menggunakan konatk point, sudut
dwell ditentukan oleh unit pengapian, percikkan bunga api lebih besar dan lebih
lama, kerja sistem pengapian lebih stabil, dan timming pengapian lebih tepat.
XI.
SARAN
Kepada mahasiswa disarankan untuk selalu memperhatikan posisi kunci
kontak pada praktik ini karena jika tidak diperhatikan maka akan terjadi kecelakaan
kerja yaitu tersetrum ketika memegang kabel tegangan tinggi coil ketika kunci
kontak masih dalam kondisi “ON”.
C. BAGIAN
AKHIR LAPORAN
DAFTAR PUSTAKA
Anonim.https://qtussama.wordpress.com/materi-kelas-xi-kendaraan-ringan/sistem-pengapian/.
Dalam artikel yang berjudul “Sistem
Pengapian” yang diakses pada hari Rabu, 18 Februari 2015 pukul 22.32 WIB.
Gambar g muncul
BalasHapusKomentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus